Model Pembelajaran yang Kreatif
1. Koperatif (CL, Cooperative Learning).
Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia
sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan otrang lain, mempunyai
tujuan dan tanggung jawab bersama, pembegian tugas, dan rasa senasib. Dengan
memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif, siswa dilatih
dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas,
tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih
berinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari
hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan
masing-masing.
Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan
pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu
mengkontruksu konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan
pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok
terdiri dari 4 – 5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada
control dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa
laporan atau presentasi.
Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi,
pengarahan-strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi
hasil kelompok, dan pelaporan.
2. Kontekstual (CTL,
Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang
dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang
terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan
terasa manfaat dari materi yang akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia
pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif – nyaman dan
menyenangkan. Pensip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa
melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan
kemampuan sosialisasi.
Ada tujuh indokator pembelajarn kontekstual sehingga
bisa dibedakan dengan model lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian,
motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu,
contoh), questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan,
evaluasi, inkuiri, generalisasi), learning community (seluruh siswa
partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on,
mencoba, mengerjakan), inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis,
konjektur, generalisasi, menemukan), constructivism (membangun pemahaman
sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis), reflection (reviu,
rangkuman, tindak lanjut), authentic assessment (penilaian selama proses dan
sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha siswa, penilaian
portofolio, penilaian se-objektif-objektifnya dareiberbagai aspek dengan
berbagai cara).
3. Realistik (RME, Realistic
Mathematics Education)
Realistic Mathematics Education (RME) dikembangkan
oleh Freud di Belanda dengan pola guided reinventiondalam mengkontruksi
konsep-aturan melalui process of mathematization, yaitu matematika horizontal
(tools, fakta, konsep, prinsip, algoritma, aturan uantuk digunakan dalam
menyelesaikan persoalan, proses dunia empirik) dan vertikal (reoorganisasi matematik
melalui proses dalam dunia rasio, pengemabngan mateastika).
Prinsip RME adalah aktivitas (doing) konstruksivis,
realitas (kebermaknaan proses-aplikasi), pemahaman (menemukan-informal daam
konteks melalui refleksi, informal ke formal), inter-twinment (keterkaitan-intekoneksi
antar konsep), interaksi (pembelajaran sebagai aktivitas sosial, sharing), dan
bimbingan (dari guru dalam penemuan).
4. Pembelajaran Langsung
(DL, Direct Learning)
Pengetahuan yang bersifat informasi dan prosedural
yang menjurus pada ketrampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan
cara pembelajaran langsung. Sintaknya adalah menyiapkan siswa, sajian informasi
dan prosedur, latihan terbimbing, refleksi, latihan mandiri, dan evaluasi. Cara
ini sering disebut dengan metode ceramah atau ekspositori (ceramah bervariasi).
5. Pembelajaran Berbasis
masalah (PBL, Problem Based Learning)
Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah.
Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan
masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa,
untuk merangsang kemamuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap hatrus
dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana
nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal.
Indikator model pembelajaran ini adalah
metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi, induksi, identifikasi,
investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi, dan inkuiri.
6. Problem Solving
Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu
persoalan yang tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem
solving adalah mencari atau menemukan cara penyelesaian (menemukan pola,
aturan, atau algoritma). Sintaknya adalah: sajian permasalah yang memenuhi
criteria di atas, siswa berkelompok atau individual mengidentifikasi pola atau
atuiran yang disajikan, siswa mengidentifkasi, mengeksplorasi, menginvestigasi,
menduga, dan akhirnya menemukan solusi.
7. Problem Posing
Bentuk lain dari problem posing adaslah problem
posing, yaitu pemecahan masalah dngan melalui elaborasi, yaitu merumuskan
kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih simple sehingga dipahami.
Sintaknya adalah: pemahaman, jalan keluar, identifikasi kekeliruan,
menimalisasi tulisan-hitungan, cari alternative, menyusun soal-pertanyaan.
8. Problem Terbuka (OE, Open
Ended)
Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka
artinya pembelajaran yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai
cara (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam (multi jawab, fluency).
Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinilitas ide, kreativitas,
kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing, keterbukaan, dan
sosialisasi. Siswa dituntuk unrtuk berimprovisasi mengembangkan metode, cara,
atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban, jawaban siswa
beragam. Selanjtnya siswa juga diminta untuk menjelaskan proses mencapai
jawaban tersebut. Dengan demikian model pembelajaran ini lebih mementingkan
proses daripada produk yang akan membentiuk pola pikir keterpaduan,
keterbukaan, dan ragam berpikir.
Sajian masalah haruslah kontekstual kaya makna
secara matematik (gunakan gambar, diagram, table), kembangkan permasalahan
sesuai dengan kemampuan berpikir siswa, kaitakkan dengan materui selanjutnya,
siapkan rencana bimibingan (sedikit demi sedikit dilepas mandiri).
Sintaknya adalah menyajikan masalah, pengorganisasian
pembelajaran, perhatikan dan catat respon siswa, bimbingan dan pengarahan,
membuat kesimpulan.
9. Probing-prompting
Teknik probing-prompting adalah pembelajaran dengan
cara guru menyajikan serangkaian petanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali
sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan setiap siswa dan
pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa
mengkonstruksi konsep-prinsip-aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian
pengetahuan baru tidak diberitahukan.
Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab
dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau
harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindar dari prses
pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab.
Kemungkinan akan terjadi susana tegang, namun demikian bisa dibiasakan. Untuk
mengurangi kondisi tersebut, guru hendaknya serangkaian pertanyaan disertai
dengan wajah ramah, suara menyejukkan, nada lembut. Ada canda, senyum, dan tertawa,
sehingga suasana menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa, bahwa
jawaban siswa yang salah harus dihargai karena salah adalah cirinya dia sedang
belajar, ia telah berpartisipasi.
10. Pembelajaran Bersiklus
(cycle learning)
Ramsey (1993) mengemukakan bahwa pembelajaran
efektif secara bersiklus, mulai dari eksplorasi (deskripsi), kemudian
eksplanasi (empiric), dan diakhiri dengan aplikasi (aduktif). Eksplorasi
berarti menggali pengetahuan prasyarat, eksplorasi berarti mengenalkan konsep baru
dan alternative pemecahan, dan aplikasi berarti menggunakan konsep dalam
konteks yang berbeda.
11. Reciprocal Learning
Weinstein & Meyer (1998) mengemukakan bahwa
dalam pembelajaran harus memperhatikan empat hal, yaitu bagaimana siswa
belajar, mengingat, berpikir, dan memotivasi diri. Sedangkan Resnik (1999)
mwengemukan bhawa belajar efektif dengan cara membaca bermakna, merangkum, bertanya,
representasi, hipotesis.
Untuk mewujudkan belajar efektif, Donna Meyer (1999)
mengemukakan cara pembelajaran resiprokal, yaitu: informasi, pengarahan,
berkelompok mengerjakan LKSD-modul, membaca-merangkum.
12. SAVI
Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang
menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki
siswa. Istilah SAVI sendiri adalah kependekan dari: Somatic yang bermakna
gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik) di mana belajar dengan mengalami dan
melakukan; Auditory yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan melaluui
mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan
pendapat, dan menanggapi; Visualization yang bermakna belajar haruslah
menggunakan indra mata melalui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan,
membaca, menggunakan media dan alat peraga; dan Intellectualy yang bermakna
bahawa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (minds-on) belajar
haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui
bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi,
memecahkan masalah, dan menerapkan.
13. TGT (Teams Games
Tournament)
Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa
heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh
tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi.
Usahakan dinamika kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar
kelompok, suasana diskusi nyaman dan menyenangkan sepeti dalam kondisi
permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap terbuka, ramah, lembut,
santun, dan ada sajian bodoran. Setelah selesai kerja kelompok sajikan hasil
kelompok sehingga terjadi diskusi kelas.
Jika waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam
beberapa pertemuan, atau dalam rangka mengisi waktu sesudah UAS menjelang
pembagian raport. Sintaknya adalah sebagai berikut:
a. Buat kelompok siswa
heterogen 4 orang kemudian berikan informasi pokok materi dan mekanisme
kegiatan
b. Siapkan meja turnamen secukupnya,
missal 10 meja dan untuk tiap meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara,
meja I diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan
seterusnya sampai meja ke-X ditempati oleh siswa yang levelnya paling rendah.
Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu adalah hasil kesepakatan
kelompok.
c. Selanjutnya adalah
pelaksanaan turnamen, setiap siswa mengambil kartu soal yang telah disediakan
pada tiap meja dan mengerjakannya untuk jangka waktu tertentu (misal 3 menit).
Siswa bisa mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan dinilai,
sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan sekaligus skor
kelompok asal. Siswa pada tiap meja turnamen sesuai dengan skor yang
diperolehnya diberikan sebutan (gelar) superior, very good, good, medium.
d. Bumping, pada turnamen kedua
(begitu juga untuk turnamen ketiga-keempat dst.), dilakukan pergeseran tempat
duduk pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi, siswa superior dalam
kelompok meja turnamen yang sama, begitu pula untuk meja turnamen yang lainnya
diisi oleh siswa dengan gelar yang sama.
e. Setelah selesai hitunglah
skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual, berikan penghargaan kelompok
dan individual.
14. VAK (Visualization,
Auditory, Kinestetic)
Model pebelajaran ini menganggap bahwa pembelajaran
akan efektif dengan memperhatikan ketiga hal tersebut di atas, dengan perkataan
lain manfaatkanlah potensi siswa yang telah dimilikinya dengan melatih,
mengembangkannya. Istilah tersebut sama halnya dengan istilah pada
SAVI, dengan somatic ekivalen dengan kinesthetic.
15. AIR
(Auditory, Intellectualy, Repetition)
Model
pembelajaran ini mirip dengan SAVI dan VAK, bedanya hanyalah pada Repetisi
yaitu pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara
siswa dilatih melalui pemberian tugas atau quis.
16. TAI
(Team Assisted Individualy)
Terjemahan
bebas dari istilah di atas adalah Bantuan Individual dalam Kelompok (BidaK)
dengan karakteristik bahwa (Driver, 1980) tanggung jawab belajar adalah pada siswa.
Oleh karena itu siswa harus membangun pengetahuan tidak menerima bentuk jadi
dari guru. Pola komunikasi guru-siswa adalah negosiasi dan bukan
imposisi-intruksi.
Sintaksi
BidaK menurut Slavin (1985) adalah: (1) buat kelompok heterogen dan berikan bahan
ajar berupak modul, (2) siswa belajar kelompok dengan dibantu oleh siswa pandai
anggota kelompok secara individual, saling tukar jawaban, saling berbagi
sehingga terjadi diskusi, (3) penghargaan kelompok dan refleksi serta tes
formatif.
17. STAD (Student Teams
Achievement Division)
STAD adalah salah satu model pembelajaran koperatif
dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan
bahan belajar-LKS-modul secara kolaboratif, sajian-presentasi kelompok sehingga
terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa
atau kelompok, umumkan rekor tim dan individual dan berikan reward.
18. NHT (Numbered Head
Together)
NHT adalah salah satu tipe dari pembelajaran
koperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa
memiliki nomor tertentu, berikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap
kelompok sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiap
siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok,
presentasi kelompok dengan nomor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing
sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap
siswa, umumkan hasil kuis dan beri reward.
19. Jigsaw
Model pembeajaran ini termasuk pembelajaran
koperatif dengan sintaks sepeerti berikut ini. Pengarahan, informasi bahan
ajar, buat kelompok heterogen, berikan bahan ajar (LKS) yang terdiri dari
beberapa bagian sesuai dengan banyak siswa dalam kelompok, tiap anggota
kelompok bertugas membahasa bagian tertentu, tiap kelompok bahan belajar sama,
buat kelompok ahli sesuai bagian bahan ajar yang sama sehingga terjadi kerja
sama dan diskusi, kembali ke kelompok asal, pelaksana tutorial pada kelompok
asal oleh anggota kelompok ahli, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
20. TPS (Think Pairs Share)
Model pembelajaran ini tergolong tipe koperatif
dengan sintaks: Guru menyajikan materi klasikal, berikan persoalan kepada siswa
dan siswa bekerja kelompok dengan cara berpasangan sebangku-sebangku (think-pairs),
presentasi kelompok (share), kuis individual, buat skor perkembangan tiap
siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward.
21. GI (Group Investigation)
Model koperatif tipe GI dengan sintaks: Pengarahan,
buat kelompok heterogen dengan orientasi tugas, rencanakan pelaksanaan
investigasi, tiap kelompok menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas,
misal mengukur tinggi pohon, mendata banyak dan jenis kendaraan di dalam
sekolah, jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah, banyak guru dan staf
sekolah), pengolahan data penyajian data hasi investigasi, presentasi, kuis
individual, buat skor perkembangan siswa, umumkan hasil kuis dan berikan
reward.
22. MEA (Means-Ends
Analysis)
Model pembelajaran ini adalah variasi dari
pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan sintaks: sajikan materi dengan
pendekatan pemecahan masalah berbasis heuristic, elaborasi menjadi sub-sub
masalah yang lebih sederhana, identifikasi perbedaan, susun sub-sub masalah
sehingga terjadli koneksivitas, pilih strategi solusi.
23. CPS (Creative Problem
Solving)
Ini juga merupakan variasi dari pembelajaran dengan
pemecahan masalah melalui teknik sistematik dalam mengorganisasikan gagasan
kreatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Sintaksnya adalah: mulai dari
fakta aktual sesuai dengan materi bahan ajar melalui tanya jawab lisan,
identifikasi permasalahan dan fokus-pilih, mengolah pikiran sehingga muncul
gagasan orisinil untuk menentukan solusi, presentasi dan diskusi.
24. TTW (Think Talk Write)
Pembelajaran ini dimulai dengan berpikir melalui
bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternative solusi), hasil bacaannya
dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan kemudian buat laopran hasil
presentasi. Sintaknya adalah: informasi, kelompok (membaca-mencatatat-menandai),
presentasi, diskusi, melaporkan.
25. TS-TS (Two Stay – Two
Stray)
Pembelajaran model ini adalah dengan cara siswa
berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. Sintaknya adalah kerja
kelompok, dua siswa bertamu ke kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap di
kelompoknya untuk menerima dua orang dari kelompok lain, kerja kelompok,
kembali ke kelompok asal, kerja kelompok, laporan kelompok.
26. CORE (Connecting,
Organizing, Refleting, Extending)
Sintaknya adalah (C) koneksi informasi lama-baru dan
antar konsep, (0) organisasi ide untuk memahami materi, (R) memikirkan kembali,
mendalami, dan menggali, (E) mengembangkan, memperluas, menggunakan, dan
menemukan.
27. SQ3R (Survey, Question,
Read, Recite, Review)
Pembelajaran ini adalah strategi membaca yang dapat
mengembangkan meta kognitif siswa, yaitu dengan menugaskan siswa untuk membaca
bahan belajar secara seksama-cermat, dengan sintaks: Survey dengan mencermati
teks bacaan dan mencatat-menandai kata kunci, Question dengan membuat pertanyaan
(mengapa, bagaimana, darimana) tentang bahan bacaan (materi bahan ajar), Read
dengan membaca teks dan cari jawabannya, Recite dengan pertimbangkan jawaban
yang diberikan (catat-bahas bersama), dan Review dengan cara meninjau ulang
menyeluruh
28. SQ4R (Survey, Question,
Read, Reflect, Recite, Review)
SQ4R adalah pengembangan dari SQ3R dengan
menambahkan unsur Reflect, yaitu aktivitas memberikan contoh dari bahan bacaan
dan membayangkan konteks aktual yang relevan.
29. MID (Meaningful
Instructionnal Design)
Model ini adalah pembelajaran yang mengutamakan
kebermaknaan belajar dan efektifivitas dengan cara membuat kerangka
kerja-aktivitas secara konseptual kognitif-konstruktivis. Sintaknya adalah (1)
lead-in dengan melakukan kegiatan yang terkait dengan pengalaman, analisi
pengalaman, dan konsep-ide; (2) reconstruction melakukan fasilitasi pengalaman
belajar; (3) production melalui ekspresi-apresiasi konsep
30. KUASAI
Pembelajaran akan efektif dengan melibatkan enam
tahap berikut ini, Kerangka pikir untuk sukses, Uraikan fakta sesuai dengan
gaya belajar, Ambil pemaknaan (mengetahui-memahami-menggunakan-memaknai),
Sertakan ingatan dan hafalkan kata kunci serta koneksinya, Ajukan pengujian
pemahaman, dan Introspeksi melalui refleksi diri tentang gaya belajar.
31. CRI (Certainly of
Response Index)
CRI digunakan untuk mengobservasi proses
pembelajaran yang berkenaan dengan tingkat keyakinan siswa tentang kemampuan
yang dimilikinya untuk memilih dan menggunakan pengetahuan yang telah
dimilikinya. Hutnal (2002) mengemukakan bahwa CRI menggunakan rubric dengan
penskoran 0 untuk totally guested answer, 1 untuk amost guest, 2 untuk not
sure, 3 untuk sure, 4 untuk almost certain, dn 5 untuk certain.
32. DLPS (Double Loop Problem Solving)
DPLS adalah variasi dari pembelajaran dengan
pemecahan masalah dengan penekanan pada pencarian kausal (penyebab) utama dari
timbulnya masalah, jadi berkenaan dengan jawaban untuk pertanyaan mengapa.
Selanjutnya menyelesaikan masalah tersebut dengan cara menghilangkan gap yang
menyebabkan munculnya masalah tersebut.
Sintaknya adalah: identifkasi, deteksi kausal,
solusi tentative, pertimbangan solusi, analisis kausal, deteksi kausal lain,
dan rencana solusi yang terpilih. Langkah penyelesai masalah sebagai berikurt:
menuliskan pernyataan masalah awal, mengelompokkan gejala, menuliskan
pernyataan masalah yang telah direvisi, mengidentifikasi kausal, implementasi
solusi, identifikasi kausal utama, menemukan pilihan solusi utama, dan
implementasi solusi utama.
33. DMR (Diskursus Multy
Reprecentacy)
DMR adalah pembelajaran yang berorientasi pada
pembentukan, penggunaan, dan pemanfaatan berbagai representasi dengan setting
kelas dan kerja kelompok. Sintaksnya adalah: persiapan, pendahuluan,
pengembangan, penerapan, dan penutup.
34. CIRC (Cooperative,
Integrated, Reading ,
and Composition)
Terjemahan bebas dari CIRC adalah komposisi terpadu
membaca dan menulis secara koperatif –kelompok. Sintaksnya adalah: membentuk
kelompok heterogen 4 orang, guru memberikan wacana bahan bacaan sesuai dengan
materi bahan ajar, siswa bekerja sama (membaca bergantian, menemukan kata
kunci, memberikan tanggapan) terhadap wacana kemudian menuliskan hasil
kolaboratifnya, presentasi hasil kelompok, refleksi.
35. IOC (Inside Outside Circle )
IOC adalah mode pembelajaran dengan sistim lingkaran
kecil dan lingkaran besar (Spencer Kagan, 1993) di mana siswa saling membagi
informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat
dan teratur. Sintaksnya adalah: Separu dari jumlah siswa membentuk lingkaran
kecil menghadap keluar, separuhnya lagi membentuk lingkaran besar menghadap ke
dalam, siswa yang berhadapan berbagi informasi secara bersamaan, siswa yang
berada di lingkaran luar berputar kemudian berbagi informasi kepada teman
(baru) di depannya, dan seterusnya.
36. Tari Bambu
Model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang
berbeda secara teratur. Strategi ini cocok untuk bahan ajar yang memerlukan
pertukaran pengalaman dan pengetahuan antar siswa. Sintaksnya adalah: Sebagian
siswa berdiri berjajar di depan kelas atau di sela bangku-meja dan sebagian
siswa lainnya berdiri berhadapan dengan kelompok siswa pertama, siswa yang
berhadapan berbagi pengalaman dan pengetahuan, siswa yang berdiri di ujung
salah satu jajaran pindah ke ujung lainnya pada jajarannya, dan kembali berbagi
informasi.
37. Artikulasi
Artikulasi adalah model pembelajaran dengan sintaks:
penyampaian konpetensi, sajian materi, bentuk kelompok berpasangan sebangku,
salah satu siswa menyampaikan materi yang baru diterima kepada pasangannya
kemudian bergantian, presentasi di depan hasil diskusinya, guru membimbing
siswa untuk menyimpulkan.
38. Debate
Debat adalah model pembalajaran dengan sisntaks:
siswa menjadi 2 kelompok kemudian duduk berhadapan, siswa membaca materi bahan
ajar untuk dicermati oleh masing-masing kelompok, sajian presentasi hasil
bacaan oleh perwakilan salah satu kelompok kemudian ditanggapi oleh kelompok
lainnya begitu seterusnya secara bergantian, guru membimbing membuat kesimpulan
dan menambahkannya bila perlu.
39. Role Playing
Sintak dari model pembelajaran ini adalah: guru
menyiapkan scenario pembelajaran, menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari
scenario tersebut, pembentukan kelompok siswa, penyampaian kompetensi, menunjuk
siswa untuk melakonkan scenario yang telah dipelajarinya, kelompok siswa
membahas peran yang dilakukan oleh pelakon, presentasi hasil kelompok,
bimbingan penimpoulan dan refleksi.
40. Talking Stick
Suintak pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan
tongkat, sajian materi pokok, siswa membaca materi lengkap pada wacana, guru
mengambil tongkat dan memberikan tongkat kepada siswa dan siswa yang kebagian
tongkat menjawab pertanyaan dari guru, tongkat diberikan kepad siswa lain dan
guru memberikan petanyaan lagi dan seterusnya, guru membimbing
kesimpulan-refleksi-evaluasi.
41. Snowball Throwing
Sintaknya adalah: Informasi materi secara umum,
membentuk kelompok, pemanggilan ketua dan diberi tugas membahas materi tertentu
di kelompok, bekerja kelompok, tiap kelompok menuliskan pertanyaan dan
diberikan kepada kelompok lain, kelompok lain menjawab secara bergantian,
penyimpulan, refleksi dan evaluasi
42. Student Facilitator and
Explaining
Langkah-langkahnya adalah: informasi kompetensi,
sajian materi, siswa mengembangkannya dan menjelaskan lagi ke siswa lainnya,
kesimpulan dan evaluasi, refleksi.
43. Course Review Horay
Langkah-langkahnya: informasi kompetensi, sajian
materi, tanya jawab untuk pemantapan, siswa atau kelompok menuliskan nomor
sembarang dan dimasukkan ke dalam kotak, guru membacakan soal yang nomornya
dipilih acak, siswa yang punya nomor sama dengan nomor soal yang dibacakan guru
berhak menjawab jika jawaban benar diberi skor dan siswa menyambutnya dengan yel
hore atau yang lainnya, pemberian reward, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
44. Demonstration
Pembelajaran ini khusus untuk materi yang memerlukan
peragaan media atau eksperimen. Langkahnya adalah: informasi kompetensi, sajian
gambaran umum materi bahan ajar, membagi tugas pembahasan materi untuk tiap
kelompok, menunjuk siswa atau kelompok untuk mendemonstrasikan bagiannya,
dikusi kelas, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
45. Explicit Instruction
Pembelajaran ini cocok untuk menyampaikan materi
yang sifatnya algoritma-prosedural, langkah demi langkah bertahap. Sintaknya
adalah: sajian informasi kompetensi, mendemontrasikan pengetahuan dan
ketrampilan procedural, membimbing pelatihan-penerapan, mengecek pemahaman dan
balikan, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
46. Scramble
Sintaknya adalah: buatlah kartu soal sesuai marteri
bahan ajar, buat kartu jawaban dengan diacak nomornya, sajikan materi,
membagikan kartu soal pada kelompok dan kartu jawaban, siswa berkelompok
mengerjakan soal dan mencari kartu soal untuk jawaban yang cocok.
47. Pair Checks
Siswa berkelompok berpasangan sebangku, salah
seorang menyajikan persoalan dan temannya mengerjakan, pengecekan kebenaran
jawaban, bertukar peran, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
48. Make-A Match
Guru menyiapkan kartu yang berisi
persoalan-permasalahan dan kartu yang berisi jawabannya, setiap siswa mencari
dan mendapatkan sebuah kartu soal dan berusaha menjawabnya, setiap siswa
mencari kartu jawaban yang cocok dengan persoalannya siswa yang benar mendapat
nilai-reward, kartu dikumpul lagi dan dikocok, untuk babak berikutnya
pembelajaran seperti babak pertama, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
49. Mind Mapping
Pembelajaran ini sangat cocok untuk mereview
pengetahuan awal siswa. Sintaknya adalah: informasi kompetensi, sajian
permasalahan terbuka, siswa berkelompok untuk menanggapi dan membuat berbagai
alternatif jawababan, presentasi hasil diskusi kelompok, siswa membuat
kesimpulan dari hasil setiap kelompok, evaluasi dan refleksi.
50. Examples Non Examples
Persiapkan gambar, diagram, atau tabel sesuai materi
bahan ajar dan kompetensi, sajikan gambar ditempel atau pakai OHP, dengan
petunjuk guru siswa mencermati sajian, diskusi kelompok tentang sajian gambar
tadi, presentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan, valuasi dan refleksi.
51. Picture and Picture
Sajian informasi kompetensi, sajian materi,
perlihatkan gambar kegiatan berkaitan dengan materi, siswa (wakil) mengurutkan
gambar sehingga sistematik, guru mengkonfirmasi urutan gambar tersebut, guru menanamkan
konsep sesuai materi bahan ajar, penyimpulan, evaluasi dan refleksi.
52. Cooperative Script
Buat kelompok berpasangan sebangku, bagikan wacana
materi bahan ajar, siswa mempelajari wacana dan membuat rangkuman, sajian hasil
diskusi oleh salah seorang dan yang lain menanggapi, bertukar peran,
penyimpulan, evaluasi dan refleksi.
53. LAPS-Heuristik
Heuristik adalah rangkaian pertanyaan yang bertisfat
tuntunan dalam rangka solusi masalah. LAPS ( Logan Avenue Problem Solving)
dengan kata Tanya apa masalahnya, adakah alternative, apakah bermanfaat, apakah
solusinya, dan bagaimana sebaiknya mengerjakannya. Sintaks: pemahaman masalah,
rencana, solusi, dan pengecekan.
54. Improve
Improve singkatan dari Introducing new concept,
Metakognitive questioning, Practicing, Reviewing and reducing difficulty,
Obtaining mastery, Verivication, Enrichment. Sintaknya adalah sajian pertanyaan
untuk mengantarkan konsep, siswa latihan dan bertanya,
balikan-perbaikan-pengayaan-interaksi.
55. Generatif
Bas generatif adalah konstruksivisme dengan sintaks
orintasi-motivasi, pengungkapan ide-konsep awal, tantangan dan restruturisasi
sajian konsep, aplikasi, ranguman, evaluasi, dan refleksi.
56. Circuit Learning
Pembelajaran ini adalah dengan memaksimalkan
pemberdayaan pikiran dan perasaan dengan pola bertambah dan mengulang.
Sintaknya adalah kondisikan situasi belajar kondusif dan focus, siswa membuat
catatan kreatif sesuai dengan pola pikirnya-peta konsep-bahasa khusus, Tanya
jawab dan refleksi
57. Complete Sentence
Pembelajaran dengan model melengkapi kalimat adalah
dengan sintakas: siapkan blanko isian berupa paragraf yang kalimatnya belum
lengkap, sampaikan kompetensi, siswa ditugaskan membaca wacana, guru membentuk
kelompok, LKS dibagikan berupa paragraph yang kalimatnya belum lengkap, siswa
berkelompok melengkapi, presentasi.
58. Concept Sentence
Prosedurnya adalah penyampaian kompetensi, sajian
materi, membentuk kelompok heterogen, guru menyiapkan kata kunci sesuai materi
bahan ajar, tiap kelompok membuat kalimat berdasarkan kata kunci, presentasi.
59. Time Token
Model ini digunakan (Arebds, 1998) untuk melatih dan
mengembangkan ketrampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau
diam sama sekali. Langkahnya adalah kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi,
tiap siswa diberi kupon bahan pembicaraan (1 menit), siswa berbicara
(pidato-tidak membaca) berdasarkan bahan pada kupon, setelah selesai kupon
dikembalikan.
60. Take and Give
Model pembelajaran menerima dan memberi adalah
dengan sintaks, siapkan kartu dengan yang berisi nama siswa – bahan belajar –
dan nama yang diberi, informasikan kompetensi, sajian materi, pada tahap
pemantapan tiap siswa disuruh berdiri dan mencari teman dan saling informasi
tentang materi atau pendalaman-perluasannya kepada siswa lain kemudian
mencatatnya pada kartu, dan seterusnya dengan siswa lain secara bergantian,
evaluasi dan refleksi.
61. Superitem
Pembelajaran ini dengan cara memberikan tugas kepada
siswa secara bertingkat-bertahap dari simpel ke kompleks, berupa pemecahan
masalah. Sintaksnya adalah ilustrasikan konsep konkret dan gunakan analogi,
berikan latihan soal bertingkat, berikan sal tes bentuk super item, yaitu mulai
dari mengolah informasi-koneksi informasi, integrasi, dan hipotesis.
62. Hibrid
Model hibrid adalah gabungan dari beberapa metode
yang berkenaan dengan cara siswa mengadopsi konsep. Sintaknya adalah
pembelajaran ekspositori, koperatif-inkuiri-solusi-workshop, virtual workshop
menggunakan computer-internet.
63. Treffinger
Pembelajaran
kreatif dengan basis kematangan dan pengetahuan siap. Sintaks: keterbukaan-urun
ide-penguatan, penggunaan ide kreatif-konflik internal-skill, proses rasa-pikir
kreatif dalam pemecahan masalah secara mandiri melalui
pemanasan-minat-kuriositi-tanya, kelompok-kerjasama, kebebasan-terbuka, reward.
64. Kumon
Pembelajaran
dengan mengaitkan antar konsep, ketrampilan, kerja individual, dan menjaga
suasana nyaman-menyenangkan. Sintaksnya adalah: sajian konsep, latihan, tiap
siswa selesai tugas langsung diperiksa-dinilai, jika keliru langsung
dikembalikan untuk diperbaiki dan diperiksa lagi, lima kali salah guru
membimbing.
65. Quantum
Memandang
pelaksanaan pembelajaran seperti permainan musik orkestra-simfoni. Guru harus
menciptakan suasana kondusif, kohesif, dinamis, interaktif, partisipatif, dan
saling menghargai. Prinsip quantum adalah semua berbicara-bermakna, semua
mempunyai tujuan, konsep harus dialami, tiap usaha siswa diberi reward.
Strategi quantum adalah tumbuhkan minat dengan AMBak, alami-dengan dunia
realitas siswa, namai-buat generalisasi sampai konsep, demonstrasikan melalui
presentasi-komunikasi, ulangi dengan Tanya jawab-latihan-rangkuman, dan rayakan
dengan reward dengan senyum-tawa-ramah-sejuk-nilai-harapan.
Rumus
quantum fisika asdalah E = mc2, dengan E = energi yang diartikan
sukses, m = massa yaitu potensi diri (akal-rasa-fisik-religi), c =
communication, optimalkan komunikasi + dengan aktivitas optimal.
0 Response to "Model Pembelajaran yang Kreatif"
Posting Komentar